Internasional
Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Senin, 16/10/2023 22:00 WIB
Foto: REUTERS/IBRAHEEM ABU MUSTAFA
Jakarta, CNBC Indonesia – Peperangan antara kelompok pejuang Palestina, Hamas, dengan Israel masih terus terjadi. Eskalasi semakin tajam setelah Israel melontarkan serangan balasan yang bertubi-tubi ke wilayah Gaza.
Berikut perkembangan terbarunya sebagaimana dikutip dari berbagai sumber oleh CNBC Indonesia, Senin (16/10/2023):
1. Israel Ngamuk, Bola Api Memancar dari Gaza!
Israel masih terus melancarkan serangan rudal ke wilayah Gaza, Palestina. Hal ini merupakan buntut dari serbuan kelompok penguasa wilayah itu, Hamas, yang menyerang wilayah Negeri Yahudi itu 7 Oktober lalu.
Dalam pantauan Al Jazeera, Senin (16/10/2023), sebuah ”bola api besar” telah dilaporkan terjadi di Gaza, setelah beberapa serangan udara oleh militer Israel. Bola api dan asap membumbung di atas gedung-gedung selama serangan Israel di Rafah di Jalur Gaza selatan, pada 15 Oktober 2023.
Serangan-serangan itu menyebabkan beberapa orang tewas dalam beberapa jam terakhir. Sasaran di Khan Younis juga terkena serangan, meskipun jumlah pasti korban belum dapat ditentukan.
“Dua serangan menghantam dua markas pertahanan sipil dan menewaskan sedikitnya tujuh anggota pertahanan sipil,” lapor wartawan Al Jazeera, Sara Khairat, dari Yerusalem Timur.
2. Perang Menyebar ke Prancis-AS
Perang yang berkecamuk antara kelompok pejuang Palestina, Hamas, dengan militer Israel berimplikasi global yang luas. Bahkan konflik itu telah menyebar hingga Eropa dan Amerika Serikat (AS).
Pada Jumat (13/10/2023) terjadi insiden penusukan di sebuah sekolah di kota Arras, Prancis. Dalam kasus itu, seorang guru tewas dan tiga orang lainnya terluka.
Polisi berhasil menangkap pelaku penusukan pada Sabtu. Pelaku diketahui seorang pria berusia 20 tahun dengan latar belakang Chechnya Rusia. Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin mengatakan pihaknya menduga pelaku menyerang sekolah tersebut dengan dasar konflik antara Israel dan Hamas.
Darmanin menambahkan bahwa tersangka baru-baru ini berada di bawah pengawasan badan intelijen karena dugaan radikalisasi. Sehari sebelum serangan, ia sempat dipanggil oleh petugas keamanan lantaran adanya data mencurigakan dari pemantauan telepon genggam.
“Ia (sebelumnya) telah ditangkap pada hari Kamis untuk diinterogasi berdasarkan pemantauan panggilan teleponnya dalam beberapa hari terakhir, namun penyidik tidak menemukan tanda-tanda dia sedang mempersiapkan serangan,” tambah Darmanin kepada Sky News.
Sementara itu, kejadian serupa juga terjadi di AS. Pada Minggu, (15/10/2023), seorang anak laki-laki Muslim Palestina berusia enam tahun ditikam sebanyak 26 kali oleh pemilik kontrakan keluarganya.
Pihak berwenang menuduh penyerang tersebut melakukan pembunuhan dan kejahatan kebencian atas serangan yang diduga terkait dengan perang antara Israel dan Hamas.
“Anak tersebut ditikam sebanyak 26 kali oleh pemiliknya pada hari Sabtu dan kemudian meninggal di rumah sakit, sementara ibunya yang berusia 32 tahun juga terluka namun diperkirakan selamat, kata kantor Polisi Will County di Illinois dalam sebuah pernyataan kepada AFP.
“Detektif dapat menentukan bahwa kedua korban dalam serangan brutal ini menjadi sasaran tersangka karena mereka beragama Islam dan konflik Timur Tengah yang sedang berlangsung yang melibatkan Hamas dan Israel,” kata kantor otoritas itu.
3. Satu Juta Warga Mengungsi
Lebih dari satu juta warga Gaza telah meninggalkan rumah mereka. Hal ini terjadi saat Israel masih terus menyerang dan memblokade wilayah itu dalam operasinya melawan milisi penguasa Gaza, Hamas.
Israel menyatakan perang terhadap Hamas tersebut sehari setelah gelombang pejuangnya menerobos perbatasan pada tanggal 7 Oktober. Pejuang Hamas kemudian menyerang wilayah Selatan Israel dan menewaskan 1.400 warga.
Israel kemudian melancarkan kampanye pengeboman tanpa henti di Gaza yang telah meratakan lingkungan sekitar dan menyebabkan sedikitnya 2.670 orang tewas di wilayah tersebut, sebagian besar warga sipil.
Untuk mengurangi jumlah warga sipil yang tewas di Gaza, Pemerintah Israel telah memerintahkan mereka untuk mengungsi ke wilayah Selatan negara itu. Terlihat Warga Palestina yang membawa barang apa pun yang mereka bisa, baik dalam tas dan koper, atau dimasukkan ke dalam sepeda motor roda tiga, mobil, dan bahkan kereta keledai.
Meski begitu, Hamas terus meminta warga Gaza untuk tidak pindah dan tetap berada di kota mereka. Mereka menegaskan ini hanyalah perang psikologis yang diluncurkan oleh Tel Aviv.
“Pertahankan rumahmu. Pertahankan tanahmu,” ujar pesan permohonan Hamas yang disiarkan melalui masjid-masjid Gaza.
4. Fasilitas Kesehatan Gaza Mulai Kolaps
Seorang warga mengungkapkan saat ini Gaza telah kolaps porak-poranda akibat serangan Israel. Skala kerusakan dan serangan telah membuat ambruk sistem kesehatan, yang juga makin terjepit karena kurangnya pasokan air dan listrik akibat diblokade oleh Tel Aviv.
“Tidak ada listrik, tidak ada air, tidak ada internet. Saya merasa seperti kehilangan rasa kemanusiaan,” kata seorang warga bernama Mona Abdel Hamid, yang meninggalkan Kota Gaza ke Rafah di selatan, kepada AFP, Senin (16/10/2023).
Beberapa dokter di Gaza pun mengaku sistem kesehatan di wilayah itu telah terpukul hebat. Bahkan mereka tidak mampu lagi memasukan mayat yang tewas terkena serangan, memicu resiko kesehatan akibat bakteri yang timbul dari jenazah.
Selain itu, banyak apotek yang tutup akibat hancur diserang Israel. Kondisi ini menekan stok obat-obatan di wilayah kantong Palestina itu.
“Israel telah melakukan pelanggaran kejahatan perang. Mereka juga menargetkan ambulance yang membawa pasien,” kata Mahmoud Shalabi, manajer program Bantuan Medis untuk Palestina di Gaza.
5. Warga Israel Minta Netanyahu Mundur
Warga Israel ramai-ramai meminta Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu mundur. Ini terkait keluarga para tawanan yang ditahan oleh kelompok Hamas di Gaza.
Mereka mengadakan protes di jalanan Tel Aviv, akhir pekan. Massa menyuarakan kritik tajam di depan Kementerian Pertahanan seraya menyuarakan kemarahan ke Netanyahu.
“Masuk penjara! Bibi (Netanyahu) dan pergi!” teriak para pengunjuk rasa, dikutip Anadolu Agency, Senin (16/10/2023).
Mereka pun dikabarkan mengibarkan sejumlah spanduk. Mulai dari “Bibi (Netanyahu), tanganmu berlumuran darah”, ”Kami telah ditinggalkan”, “Segera kembalikan sandera” dan “Tidak ada kepercayaan, mundur”.
Salah satu pendemo, Monica Levy (62) yang kehilangan salah satu anggota keluarganya bernama Mapal Adam (25), mengatakan Netanyahu sepertinya sangat tertarik untuk “mengorbankan rakyat”.
Dia menuntut agar Netanyahu dan pemerintahannya disudahi karena mengabaikan masyarakat di selatan Israel, dekat dengan Gaza, dan malah mengabaikan kehidupan warga di sana.
“Mereka terobsesi dengan politik kecil-kecilan mereka,” kata Levy lagi.
6. Biden: Harus Ada Jalan Palestina Merdeka
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyebut setiap tindakan Israel untuk menduduki kembali Jalur Gaza akan menjadi “kesalahan besar”.
Ini ditegaskannya dalam sebuah wawancara yang dirilis pada hari Minggu waktu setempat sebagaimana dimuat AFP, Senin (16/10/2023). Pernyataan tersebut dikatakan Presiden 80 tahun itu, di tengah persiapan pasukan Israel melakukan serangan darat ke wilayah itu.
Ketika ditanya oleh program berita CBS 60 Minutes apakah dia akan mendukung pendudukan apa pun di Gaza oleh sekutu Amerika, Israel, Biden menjawab “Saya pikir itu adalah kesalahan besar”. Namun, ia menekankan Hamas, yang menguasai wilayah Gaza saat ini, “tidak mewakili seluruh rakyat Palestina”.
Ia pun setuju dengan upaya “melenyapkan Hamas”. Kala ditanya kembali apakah Hamas, harus dilenyapkan, Biden berkata “iya”.
“Tetapi harus ada otoritas Palestina. Harus ada jalan menuju negara Palestina,” lanjutnya mengulangi seruan lama AS untuk solusi dua negara.
7. China Dukung Palestina
China diketahui telah memberikan dukungan kepada rakyat Palestina. Menteri Luar Negeri Wang Yi mengatakan Beijing mendukung “keadilan rakyat Palestina dalam menjaga hak-hak nasional mereka.”
“Akar penyebab… situasi Palestina-Israel adalah hak rakyat Palestina atas kenegaraan telah dikesampingkan sejak lama,” kata Wang dalam pembicaraan telepon dengan Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian pada Minggu, menurut sebuah laporan resmi China, dikutip AFP Senin (16/10/2023).
“Ketidakadilan bersejarah ini harus diakhiri sesegera mungkin,” kata Wang lagi.”China akan terus berpihak pada perdamaian dan mendukung perjuangan rakyat Palestina dalam menjaga hak-hak nasional mereka”.
Wang mengatakan dalam panggilan telepon pada Minggu dengan Pangeran Faisal bin Farhan dari Arab Saudi bahwa tindakan Israel sekarang “di luar daru sekedar upaya pertahanan diri”. Ia mengatakan pemerintah Israel harus “menghentikan hukuman kolektif terhadap rakyat Gaza”.
Wang mengatakan kepada Pangeran Faisal bahwa semua pihak tidak boleh mengambil tindakan apa pun untuk memperburuk situasi. Ia menegaskan semua yang terlibat harus kembali ke meja perundingan sesegera mungkin.
“(Israel) harus mendengarkan dengan sungguh-sungguh seruan komunitas internasional dan Sekretaris Jenderal PBB, dan menghentikan hukuman kolektif terhadap rakyat Gaza,” tambah Wang.
8. PBB Sebut Gaza Tercekik
Philippe Lazzarini, komisaris jenderal Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB, membahas situasi mengerikan di Jalur Gaza pada hari Minggu, menyoroti krisis kemanusiaan yang kritis. Lazzarini menekankan bahwa Gaza dengan cepat kehabisan air dan listrik, dan penduduknya menghadapi kekurangan makanan dan obat-obatan.
“Gaza sedang dicekik dan tampaknya dunia saat ini telah kehilangan rasa kemanusiaannya. Jika kita melihat persoalan air, kita semua tahu air adalah kehidupan, Gaza kehabisan air, dan Gaza kehabisan kehidupan,” kata Lazzarini kepada CNN International.
Menanggapi laporan bahwa Israel telah menyalakan kembali keran airnya ke wilayah Gaza, Lazzarini mengungkapkan bahwa pihaknya belum dapat memastikan hal tersebut.
“Pemahaman saya adalah jika ada pemulihan air, hal ini terutama akan berdampak pada Khan Younis atau separuh dari Khan Younis. Jadi, tidak akan mencakup wilayah selatan Khan Younis atau masyarakat di Rafah. Tapi sekali lagi, ini adalah laporan yang perlu kami konfirmasi. Dan untuk saat ini rekan-rekan kami di lapangan belum bisa mengkonfirmasi informasi ini.”
9. Prancis Larang Aksi Bela Palestina
Ratusan pengunjuk rasa berkumpul di pusat kota Paris pada hari Kamis, menentang larangan baru yang kontroversial terhadap demonstrasi pro-Palestina di negara tersebut.
Larangan tersebut diumumkan pada hari sebelumnya, berdasarkan pesan yang dikirim oleh Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin kepada polisi negara tersebut, dengan alasan kekhawatiran terhadap ketertiban umum.
“Demonstrasi pro-Palestina harus dilarang karena dapat mengganggu ketertiban umum,” kata Darmanin, seraya menambahkan bahwa organisasi apa pun yang melakukan protes semacam itu akan berujung pada penangkapan.
Darmanin juga meminta polisi untuk melindungi semua lokasi yang dikunjungi oleh orang Yahudi Perancis seperti sinagoga dan sekolah, dan mengatakan setiap orang asing yang melakukan tindakan anti-Semitisme di tanah Perancis akan “segera diusir”.
10. IMF-Bank Dunia Pening Konflik Israel-Hamas
Peperangan antara kelompok pejuang Palestina, Hamas, dengan Israel membawa gangguan baru bagi pasar keuangan dunia. Hal ini terjadi saat dua lembaga keuangan global, Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia, mengajukan rencana pendanaan baru untuk mengurangi guncangan ekonomi.
Hamas melancarkan serangan terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober, tepat ketika para pejabat tinggi keuangan tiba di Maroko untuk menghadiri pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia. Serangan ini pun mengubah naskah rencana pertemuan lembaga keuangan itu.
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva tidak menyebutkan konflik baru tersebut pada acara pembukaan pertemuan itu. Belakangan, ketika serangan balasan Israel meningkat, ia menggambarkannya sebagai tragedi kemanusiaan dan sumber ketidakpastian ekonomi yang samar-samar.
Beberapa tamu yang hadir dalam pertemuan di Maroko itu menjelaskan bahwa dampak konflik Israel-Gaza sangat menonjol. Hal itu dapat memicu mulai dari krisis pengungsi baru hingga dampak perdagangan dan ancaman pertempuran di Lebanon dan Tepi Barat.
“Dalam menghadapi guncangan global besar seperti ini yang disebabkan oleh manusia, lembaga-lembaga ini pun menjadi impoten untuk melakukan apapun dalam mengatasinya. Itulah sebabnya mereka bahkan tidak membicarakannya,” kata peneliti senior American University’s Accountability Research Center, Rachel Nadelman, kepada Reuters, Senin (16/10/2023).
Ketidakmampuan untuk memberikan tanggapan juga meluas pada pernyataan yang dikeluarkan oleh negara-negara ekonomi utama G20 dan komite pengarah IMF dan Bank Dunia. Mereka tidak mengatakan apapun terkait konflik Israel dan Hamas setelah pertemuan di Maroko.
Seorang pejabat G20 mengatakan bahwa kelompok tersebut telah terpecah belah selama dua tahun akibat perang di Ukraina, dan komunike hanya mungkin terjadi setelah pertemuan Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping di Bali tahun lalu.
“Konflik Israel-Palestina bahkan lebih kontroversial, hampir mustahil mencapai konsensus,” kata pejabat itu.
Presiden Bank Dunia Ajay Banga pada hari Minggu mengakui bahwa konflik Israel-Hamas, serta perang Ukraina dan pertempuran di Afrika, “memberikan bayang-bayang panjang” atas pencapaian pertemuan tersebut. Ia menambahkan bahwa situasi itu justru memperkuat tantangan ekonomi.
“Anda tahu, tanpa perdamaian, sulit bagi masyarakat untuk mendapatkan stabilitas, pertumbuhan, mengasuh anak, dan mendapatkan pekerjaan,” katanya.
Saksikan video di bawah ini:
Video: Hamas & Israel Perang, IMFan melanggar hukum internasional. Biden juga menekankan pentingnya terciptanya jalan menuju kemerdekaan Palestina.
Dalam sebuah pernyataan, Biden mengatakan bahwa AS mendukung hak Israel untuk membela diri, tetapi juga mengakui hak rakyat Palestina untuk hidup dengan aman dan bebas dari kekerasan.
“Kami percaya bahwa ada jalan menuju kemerdekaan Palestina yang harus dikejar, dan kami akan terus bekerja dengan mitra internasional untuk mencapai tujuan ini,” kata Biden.
Presiden AS itu juga menyerukan agar semua pihak menghentikan kekerasan dan memulai dialog yang konstruktif untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan di Timur Tengah.
Biden juga mengumumkan bahwa AS akan mengirim utusan khusus ke wilayah tersebut untuk membantu memediasi konflik dan mempromosikan dialog antara Israel dan Palestina.
“Kami berkomitmen untuk bekerja sama dengan mitra internasional dan pihak-pihak terkait untuk mencari solusi yang adil dan berkelanjutan bagi kedua belah pihak,” tambahnya.
Perang antara Israel dan Hamas telah berlangsung selama beberapa minggu dan telah menewaskan ribuan orang, sebagian besar warga sipil. Konflik ini juga telah menyebabkan kerusakan yang parah pada infrastruktur dan fasilitas kesehatan di Gaza.
Upaya perdamaian dan penyelesaian konflik antara Israel dan Palestina telah berlangsung selama bertahun-tahun, tetapi hingga saat ini belum ada solusi yang memuaskan bagi kedua belah pihak.
Perang ini juga telah memicu protes dan kecaman internasional terhadap tindakan Israel. Banyak negara dan organisasi internasional telah menyerukan gencatan senjata dan upaya diplomatik untuk mengakhiri konflik ini.
Namun, hingga saat ini belum ada tanda-tanda bahwa konflik ini akan segera berakhir. Eskalasi kekerasan terus berlanjut, dan kedua belah pihak terus saling serang.
Perang antara Israel dan Hamas telah menyebabkan penderitaan yang besar bagi rakyat Palestina, terutama di Gaza yang telah terjebak dalam blokade Israel selama bertahun-tahun.
Perang ini juga telah memperburuk situasi kemanusiaan di wilayah tersebut, dengan ribuan warga Palestina kehilangan tempat tinggal mereka dan terpaksa mengungsi.
Upaya internasional untuk mengakhiri konflik ini terus berlanjut, tetapi tantangan yang dihadapi sangat besar. Diperlukan komitmen dan kerjasama dari semua pihak untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan di Timur Tengah.
Sementara itu, rakyat Palestina terus menderita akibat konflik ini. Mereka membutuhkan bantuan dan dukungan internasional untuk mengatasi krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung.
Perang ini juga menjadi peringatan bagi dunia bahwa konflik di Timur Tengah masih belum terselesaikan. Masih banyak tantangan yang harus dihadapi untuk mencapai perdamaian